Langsung ke konten utama

Eritrosit ,Leukosit , Trombosit


           Komponen seluler darah
Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Komponen seluler ini menempati 45% dari darah.
             Eritrosit (sel darah merah)


Eritrosit (sel darah merah) merupakan komponen seluler darah yangdipenuhi oleh protein hemoglobin 33%, yaitu protein pembawa oksigen yang menyebabkan eritrosit bersifat asidofilik. Hemoglobin terdiri dari dua pasang rantai polipeptida (globin)  yaitu dua rantai alfa dan dua rantai beta yang berfungsi sebagai pemberi warna peda sel eritrosit, dan mempertahankan pH darah.
Sel eritrosit berbentuk bikonkaf tanpa inti. Eritrosit rata-rata berdiameter sekitar 7,8 mikrometer, dengan ketebalan sebesar 2,5 mikrometer. Pada eritrosit terdapat komponen bagian tengah yang lebih tipis yang disebut cental feler, yaitu tebal di pusat sebesar 0,8 mikrometer. Eritrosit diselubungi oleh membran plasma (plasmalema)yang terdiri atas 40% lipid (pospolipid, kolestrol, glikolipid), 50% protein, 10% karbohidrat.
Terkadang bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler.  Sesungguhnya, sel darah merah merupakan suatu kantung yang dapat diubah menjadi berbagai bentuk . perubahan bentuk tadi tidak akan meregangkan membran secara hebat  karena sel normal mempunyai kelebihan membran sel untuk menampung banyak zat didalamnya, akibatnya sel tidak akan megalami ruptur.
Konsentrasi eritrosit dalam darah wanita kira-kira 3,9-5,5 juta per mikroliter, dan 4,1-6 juta per mikroliter pada pria. Kelainan ukuran eritrosit bisa saja terjadi, eritrosit dengan diameter lebih dari 9 mikrometer (ukurannya lebih besar dari ukuran normal) disebut makrosit, sedangkan eritrosit yang lebih kecil dari ukuran normal, yaitu kurang dari 6 mikrometer disebut mikrosit.
            Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih ibarat serdadu penjaga tubuh dari serangan musuh. Jika kita terluka, maka sel darah putih ini akan berkumpul di bagian tubuh yang terkena luka, agar tidak ada kuman penyakit yang masuk melalui luka itu. Jika ada kuman yang masuk, maka dia akan segera melawannya. Dapat digambarkan, bahwa akan terjadi pertarungan antara kuman dengan sel darah putih. Timbulnya nanah pada luka itu merupakan gabungan dari sel darah putih yang mati, kuman, sel-sel tubuh, dan cairan tubuh. Sel darah putih mempunyai nukleus dengan bentuk yang bervariasi.
Ukurannya berkisar antara 10 nm–25 nm. Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh. Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah dengan perbandingan 1:700.
Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar antara 6 ribu–9 ribu butir/mm3, namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor penyebab turunnya sel darah putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit. Pada tubuh seseorang yang menderita penyakit tifus, sel darah putihnya hanya berjumlah 3 ribu butir/mm3.  Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh. Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum tulang, limfe, dan kelenjar limfe. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka ada dua jenis sel darah putih :
o   Granulosit, mempunyai granula spesifik, yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi. Terdapat tiga jenis leukosit granulosit: NeutrofilBasofil, dan Asidofil (ataueosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam.
o   Agranulosit, tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranulosit : Limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit dan Monositsel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak.
Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar prekursor (pra zatnya). Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Dalam pergerakannya leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung, dengan adanya rangsangan zat kimia tertentu leukosit juga dapat bekerja yang biasa disebut kemotaksis.
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. Bila memeriksa variasi Fisiologi dan Patologi sel-sel darah tidak hanya persentase tetapi juga jumlah absolut masing-masing jenis per unit volume darah harus diambil.
      a.      Neutrofil
Neutrofil berkembang dalam sum-sum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, sel-sel ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12 um, satu inti dan 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik (0;3-0,8um) mendekati batas resolusi optik, berwarna salmon pinkoleh campuran jenis romanovky. Granul pada neutrofil ada dua :
- Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.
- Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin.
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokondria, apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Neutrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan mampu melakukan glikolisis baik secara aerob maupun anaerob. Kemampuan neutropil untuk hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan, karena mereka dapat membunuh bakteri dan membantu membersihkan debris pada jaringan nekrotik. Fagositosis oleh neutrofil merangsang aktivitas heksosa monofosfat shunt, meningkatkan glikogenolisis.
      b.      Eosinofil
Jumlah eosinofil hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9um (sedikit lebih kecil dari neutrofil). Inti biasanya berlobus dua, retikulum endoplasma, mitokondria dan apparatus golgi kurang berkembang. Mempunyai granula ovoid yang dengan eosin asidofkik, granula adalah lisosom yang mengandung fosfatae asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim. Eosinofil mempunyai pergerakan amuboid, dan mampu melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih selektif dibanding neutrifil. Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan anti bodi, ini merupakan fungsi eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek antigen dan antibody. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah oleh proses-proses Patologi.
      c.       Basofil
Basofil jumlahnya paling sedikit dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12um, inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granula yang lebih besar, dan seringkali granula menutupi inti, granula bentuknya irreguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis Romanvaki tampak lembayung. Granula basofil metakromatik dan mensekresi histamin dan heparin, dan keadaan tertentu, basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini dinamakan hypersesitivitas kulit basofil. Hal ini menunjukkan basofil mempunyai hubungan kekebalan. Bersifat fagosit dan cenderung berwarna biru. Warna biru ini disebabkan karena sel basofit menyerap pewarna basa.
      d.      Limfosit
Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% dari jumlah  leukosit darah. Normal, inti relative besar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat, anak inti baru terlihat dengan electron mikroskop. Sitoplasma sedikit sekali, sedikit basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Yang berwarna ungu dengan Romonovsky mengandung ribosom bebas dan poliribisom. Klasifikasi lainnya dari limfosit terlihat dengan ditemuinya tanda-tanda molekuler khusus pada permukaan membran sel-sel tersebut. Beberapa diantaranya membawa reseptos seperti imunoglobulin yang mengikat antigen spesifik pada membrannya. Limfosit dalam sirkulasi darah normal dapat berukuran 10-12um ukuran yang lebih besar disebabkan sitoplasmanya yang lebih banyak. Kadang-kadang disebut dengan limfosit sedang. Limfosit berfungsi untuk kekebalan. Sel ini dibentuk di dalam kelenjar limfa dan dalam sumsum tulang. Sel ini dibagi lagi menjadi limfosit besar dan kecil.
Limfosit memiiki berbagai peran yang fungsional dan semua perannya itu berhubungan dengan reaksi imun dalam pertahanan terhadap serangan mikroorganisme, makroorganisme dan sel-sel kanker. Selain itu limfosit juga menghasilkan antigen yang bisa mengaktifkan antibodi lainnya.
Jenis-jens limfosit
Limfosit diagi dua yakni limfosit T dan limfost B. Berikut adalah jenis–jenis limfosit B dan T beserta fungsinya.
            limfosit  B
 Fungsinya membawa reseptor membran. Bila diaktifkan oleh antigen sfesifik, sel ini berproliferasi melalui mitosis dan berkembang menjadi sel plasma yang menyekresi banyak antibodi
            limfost B memori
Sel B yang teraktifkan yang siap berespon lebih cepat dan lebih hebat pada paparan berikut anti gen yang sama.
            Limfosit T sitotoksik
Membawa TCR(molekul husus yang disebut reseptor sel T). Di khususkan untuk mengenali antigen terkait MHC-1 pada permuaan sel lain. Menghasilan perforin dan protein yang mematikan sel-sel asing, sel terinfeksi virus, dan sel kanker tertentu.
            limfosit T penolong
Membawa TCR. Memodulasi sel B dan T lain sehingga aktivitas sel-sel ini terangsang.
            Limfosit T memori
Membawa TCR. Siap berespon lebih cepat dan hebat terhadap paparan berikut terhadap antigen yang sama.
            Limfosit NK
Tidak ada reseptor B dan T. Menyerang sel terinfeksi virus dan sel kaner tanpa stimulasi sebelumnya
   e.       Monosit
Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat tetap monosit. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Apparatus Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti.
Monosit ditemui dalam darah, jaingan penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui aliran darah, menembus dinding kapiler masuk kedalam jaringan penyambung. DaIam darah beberapa hari. Dalam jaringan bereaksi dengan limfosit dan memegang peranan penting dalam pengenalan dan interaksi sel-sel immunocompetent dengan antigen.
Trombosit (keping darah)
Trombosit adalah fragmen sel mirip cakram dan tak berinti.
Ciri-ciri trombosit
o   Diameternya 2-4 µm
o   Jumlahnya sekitar 200.000-300.000 tiap millimeter kubik darah
o   Jangka hidup dalam darah kurang lebih 10 hari
o   Terlihat berbentuk bulat atau lonjong bila direntangkan
o   Berbentuk batang atau gelendong bila dilihat dari samping
o   Pada mikograf electron tampak pita mikrotubul  melingkar yang memberi bentuk pada keping darah
o   Trombosit mengandung suatu system saluran yaitu system kanalikuli terbuka, yang berhubungan dengan invaginasi membrane plasma trombosit
o   Fungsi dari susunan system kanalikuler adalah memudahkan pembebasan molekul aktif yang tersimpan  di dalam trombosit
o   Trombosit yang diaktifkan memperlihatkan badan-badan lamelar, yang mengandung persamaan yang mencolok dengan lisosom tersier (badan-badan residu)
o   Trombosit berasal sebagai bagian yang terlepas dari sel-sel raksasa dalam sum-sum tulang, yaitu megakariosit
o   Di sekitar tepian trombosit terdapat berkas marginal mikrotubulus fungsinya membantu mempertahankan bentuk trombosit yang lonjong
Ada dua daerah pada keeping darah :
         Granulomer (zona granular basofil gelap)
Granulomer sentral memiliki berbagai granul berbatas membran, sedikit mitokondria dan, dan partikel glikogen.
  Granula padat
(granula delta) berdiameter 250-300 nm, mengandung ion kalsium, pirofosfat, ADP, dan ATP. Granul-granul ini mengambil dan menyimpan serotonin dari plasma
  Granula alfa
berdiameter 300-500 nm, mengandung fibrinogen, plateled-derived growth factor, dan beberapa protein spesifik-trombosit lainnya.
  Granula lambda :
Vesikel kecil yang berdiameter 175-250 nm dan hanya mengandung enzim lisosom
         Hialomer (zona perifer yang homogen dan pucat)
Pada hialomer terdapat sejumlah tabung berbentuk tak teratur yang padat electron, dikenal sebagai system tubular padat. Molekul aktin dan myosin dalam hialomer dapat menyusun suatu system kontraktil yang berfungsi menimbulkan pergerakan dan agregasi trombosit.
Suatu selubung setebal 15-20 nm di sel yang kaya akan glikosaminoglikan dan glikoprotein, terletak di luar plasmalema dan terlibat dalam adhesi trombosit.
Peran trombosit dalam hemostasis
         Menempel di daerah luka pada pembuluh darah
         Menghasilkan thrombus putih, menutup permukaan yang cedera dan mengisi lubang-lubang di dalam dinding pembuluh
Peran trombosit dalam mengontrol pendarahan
         Agregasi Primer
Diskontinuitas endotel, yang diakibatkan cedera, diikuti oleh agregasi trombosit pada kolagen yang terpapar, melalui protein pengikat kolagen pada membrane trombosit. Jadi terbentuklah sumbatan trombosit sebagai langkah pertama untuk menghentikan pendarahan.
         Agregasi sekunder
Trombosit pada sumbatan tersebut, melepaskan suatu glikoprotein adhesif dan ADP. Keduanya adalah pemicu agregasi trombosit yang kuat, yang akan menambah ukuran sumbata trombosit.
         Koagulasi darah
Selama agregasi trombosit terjadi, factor dari plasma darah, pembuluh darah yang rusak, dan trombosit memudahkan terjadinya kaskade interaksi dari sekitar 13 protein plasma, yang menghasilkan suatu polimer, yakni fibrin yang membentuk jalinan serat 3 dimensi yang menjerat sel-sel darah merah, leukosit, dan trombosit untuk membentuk suatu thrombus
         Retraksi bekuan
Bekuan darah yang tadinya menonjol ke dalam lumen pembuluh darah berkeru t karena adanya interaksi dari aktin, myosin trombosit, dan ATP
         Penghancuran bekuan
Ketika dilindungi oleh bekuan, dinding pembuluh yang rusak mengalami restorasi melalui pembentukan jaringan baru. Bekuan tersebut kemudian dihancurkan, terutama oleh enzim proteolitik plasmin , yang dibentuk oleh aktivasi proenzim plasma plasminogen yang diproduksi oleh endotel penghasil activator  plasminogen. Enzim yang dibebaskan dari granula lambda trombosit juga ikut menghancurkan bekuan.


 Pembentukan Sel Darah

            Pembentukan Eritrosit (sel darah merah)
Pada sumsum tulang terdapat sel-sel yang disebut sel stem hemopoietik pluripoten, yang merupakan asal dari seluruh sel-sel dalam sirkulasi darah. Karena sel-sel darah ini diproduksi terus menerus sepanjang hidup seseorang, maka ada bagian dari sel-sel ini masih tepat seperti sel pluripoten asalnya dan disimpan dalam sumsum tulang guna mempertahankan suplainya, walaupun jumlahnya berkurang sesuai dengan usia. Namun, sebagian besar dari sel-sel stem yang diproduksi akan berdiferensiasi untuk membentuk sel-sel lain. Asal sel yang paling mula masih tidak dapat dikenali sebagai suatu sel yang berbeda dari sel stem pluripoten, walaupun sel-sel ini telah membentuk suatu jalur sel khusus yang disebut sel-stem commeted.
Berbagai sel stem commited, bila ditumbuhkan dalam biakan, akan menghasilkan koloni tipe sel darah yang spesifik. Suatu sel stem commited yang menghasilkan eritrosit disebut unit pembentuk koloni eritrosit, dan dingkatan CFU-E digunakan untuk menandai jenis sel stem ini. Demikian pula, unit yang membentuk koloni granulosit dan monosit disingkat dengan CFU-GM, dan seterusnya.
Pertumbuhan dan reproduksi berbagai sel stem diatur oleh bermacam-macam protein yang disebut penginduksi pertumbuhan. Salah satunya adalah interleukin-3, yang memulai pertumbuhan dan reproduksi pada semua jenis sel-stem yang berbeda-beda, sedangkan yang lain hanya menginduksi pertumbuhan pada tipe-tipe spesifik dari sel stem commited.
Penginduksi pertumbuhan akan memicu pertumbuhan tetapi tidak membeda-bedakan sel-sel. Membedakan sel-sel adalah fungsi dari rangkaian protein lain, yang disebut penginduksi diferensiasi. Masing-masing dari protein ini akan menghasilkan satu tipe stem sel untuk berdiferensiasi sebanyak satu langkah atau lebih menuju tipe akhir pada sel darah dewasa.
Pembentukan penginduksi pertumbuhan dan penginduksi diferensiasi itu sendiri dikendalikan oleh faktor-faktor di luar sumsum tulang. Sebagai contoh, pada sel darah merah, kontak tubuh dengan oksigen yang rendah selama waktu yang lama akan mengakibatkan induksi pertumbuhan, diferensiasi, dan produksi eritrosit dalam jumlah yang sangat meningkat. Pada sel darah putih, penyakit infeksi akan menyebabkan pertumbuhan, diferensiasi dan akhirnya pembentukan sel darah putih tipe spesifik yang diperlukan untuk memberantas infeksi.
Tahap-Tahap Diferensiasi Sel Darah Merah
Sel pertama yang dapat dikenali sebagai bagian dari rangkaian sel darah merah adalah proeritroblas. Dengan rangangan yang sesuai, maka dari sel-sel stem CFU-E dapat dibentuk banyak sekali sel ini.
Sekali proeritroblas ini terbentuk, maka ia akan membelah beberapa kali, sampai akhirnya akan terbentuk banyak sel darah merah yang matur. Sel-sel generalisasi pertama ini disebut basofil eritroblas sebab dapat dipulas dengan zat warna basa, pada saat ini, sel mengumpulkan sedikit sekali hemoglobin. Pada generasi berikutnya, sel sudah dipenuhi oleh hemoglobin dengan konsentrasi sekitar 34 persen, maka nukleus memadatmenjadi kecil, dan sisa akhirnya terdorong dari sel pada saat yang sama, retikulum endoplasma direabsorbsi. Pada tahap ini, sel disebut retikulosit karena masih mengandung sedikit bahan basofilik, yaitu terdiri dari sisa-sisa aparatus golgi, mitokondria, dan sedikit organel sitoplasmik lainnya. Selama tahap retikulosit, sel-sel berjalan dari sumsum tulang masuk ke dalam kapiler darah dengan cara diapedesis (terperas melalui pori-pori membran kapiler).
Bahan basofilik yang tersisa dalam retikulosit normalnya akan menghilang dalam waktu 1 sampai 2 hari dan sel kemudian menjadi eritrosit matur. Karena waktu hidup eritrosit ini pendek, maka konsentrasinya di antara seluruh sel darah merah dalam keadaan normal kurang dari 1 persen. Ketika sel darah merah dihantarkan dari sumsum tulang masuk ke dalam sistem sirkulasi, maka secara ormal rata-rata akan bersirkulasi selama 120 hari sebelum rusak.
Kegagalan Pematangan Sel Akibat Buruknya Absorpsi Vitamin B12-Anemia Pernisiosa.
Pe­nyebab umum kegagalan pematangan adalah adanya kegagalan untuk mengabsorbsi vitamin Bl2 dari trak­tus gastrointestinalHal ini sering terjadi pada penyakit anemipernisiosa, dengan dasar kelainan berupa atrofi mukosa labung, yang gagamenghasilkan sekret lam­bung normal. Sel-selparietal pad a kelenjar lambunme­nyekresglikoprotein yang disebufaktorintrinsikyanbergabung dengan vitamin B12 dari makanan, sehingga B12dapat diabsorpsi oleh usus. Hal tersebudapat terjadi dengan cara berikut:
(1) Faktor intrinsik berikatan erat de­ngan vitamin B12 Dalam keadaan terikatB12 terlindungi darpencemaan oleh sekret gastrointestinal.
 (2) Masih dalam keadaan terikat, faktor-faktointrinsik akan berikat­an dengan reseptokhusus yang terletak di brush border membrasel mukosa diileum.
(3) Kemudianvitamin B12 diangkuke dalam darah selama beberapa jam beri­kutnya melalui proses pinositosisyang mengangkut fak­tor intrinsik bersama vitamimelewati membranOlekarena itukekurangan faktor intrinsik akamenyebab­kakurangnyketersediaavitamin B12 akibat kelainanabsorbsi vitamin tersebut.
Begitu vitamin B12 sudah diabsorbsi dari traktus gastro­intestinalmaka vitamin ini akan disimpan dalam jumlah yang besar di hatdan kemudiandilepaskan secara lam­bat sesuai kebutuhan sum sum tulang. Jumlaminimum vitamin B12 yang dibutuhkan setiap hari untumenjaga supaya pematangaseldarah merah tetap normal hanya sebesar I sampa3 mikrogramdan yangdisimpan di hatdajaringan tubuh lainnya kira-kira 1000 kali jumlah iniJadi,untuk menimbulkaanemia akibat kegagalan pema­tangadibutuhkan gangguan absorpsi B12 selama 3 sam­pa4 tahun.
Kegagalan Pematangan yang Disebabkan oleh Defisiensi Asam Folat (AsaPteroilglutamat).
Asam folat adalah bahan normayanditemukan pada sayuran hijau,buah-buahan tertentudadaging (teruta­ma hati). Namunbahaini mudah rusak selama makanan dimasakSelain itupaa orang-orang dengan kelainan absorpsi gastrointestinalmisalnya sering mengalami penyakit usus halus yang disebut sprue (sariawan usus)seringkalmengalami kesulitan yang seriudalammeng­absorbsi asam folamaupun vitamin B12 Olekarena itusebagian besar kegagalan maturasi disebabkaadanya de­fisiensi absorpsi asam folat dan vitamin B12 di usus.
Pembentukan Hemoglobin
Sintesis hemoglobin dimulai dalaproeritroblas dan ber­lanjut bahkan dalam stadium retikulosit pada pembentukan sel darahmerahOleh karena ituketika retikulosit meninggalkan sum sum tulang dan masuk ke dalam aliran darahretikulosit tetap membentuk sejumlakecil hemo­globin satu hari sesudah dan seterusnya sampai sel terse­but menjadi eritrosit yang maturKemudianempat pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IXyang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekul hemeAkhimyasetiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjangyaitu globin yang disentesis oleh ribosom, mem­bentuk suatu subunit hemoglobin yang disebut rantai hemoglobin Tiap-tiarantamempunyai berat molekul kira-kira 16.000empat rantaini selanjut­nya akan berikatan longgar satu sarna lain untuk memben­tuk molekul hemoglobin yang lengkap.
Terdapat beberapa variasi kecidi berbagarantai sub­unihemoglobin,bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptidanyaTipe-tipe rantai itu disebut rantai alfarantai betarantai gamma, darantai delta. Bentuk hemoglobiyang paling umum pada orang dewasayaitu hemoglobin A,merupakan kombinasdari dua rantai alfdan dua rantai betaHemoglobin A mempunyai berat mo­lekul 64.458. Karena setiap rantai hemoglobin mempunyai sebuah gugus prostetik heme yang mengandung satu atom besidan karena adanya empat rantai hemoglobin di setiap mo­lekul hemoglobin, kita dapatmenemukan adanya empat atom besi di setiap molekul hemoglobin; setiap atom ini dapat berikatan longgar dengan satu molekul oksigense­hingga empatmolekuoksige(atau delapaatom oksgen) dapat diangkut oleh setiap molekul hemoglobin.
Tiprantai hemoglobin padmolekul hemoglobin menentukaafinitas ikatan hemoglobin terhadap oksigen. Abnormalitas rantai ini dapat mengubah ciri-cirfisik molekuhemoglobinContohnyapada anemisesabitasam amino valin digantikan oleh asaglutamat padsatu titikmasing-masing dkedua rantabetaJika tipe hemoglobin ini terpapar dengan oksigen berkadar ren­dah,akan terbentuk kristal panjang di dalam sel-sel darah merayanpanjangnya kadang-kadang mencapai 15 mi­krometerHal ini membuat sel-setersebuthampir tidak mungkin melewati kapiler-kapiler kecildan ujung kristal terse butyang tajacenderung merobek membran selse­hingga terjadi anemia sesabit.
Masa Hidup dan Penghancuran Sel Darah Merah
Ketiksel darah merah dihantarkan dari sum sum tulang masuk kdaJam sistem sirkulasisel terse but normal­nya akan bersirkuJasi rata-ratselama 120 hari sebeludihancurkan. Walaupun sel darah merah yang matur ti­dak mempunyai intimitokondriaataretikulum endo” plasma, sel tersebutmempunyai enzim-enzim sitoplasmyang mampu melakukan metabolismeglukosa dan mem­bentuk sejumlakecil adenosin trifosfatEnzim tersebujugamampu (I) mempertahankan kelenturan membran sel(2) mempertahankan transpor ion melalui membran‘ (3) menjaga besi hemoglobin sel agar tetap dalam bentuk ferobukadalam bentuk ferida(4) mencegah oksidasprotein didalam seJ daramerah. Meskipun demikiasistem metabolik dalam sedarahmerayang tua secara progresimakin kurang aktifdan semenjadi semakinrapuh, diduga karena proses kehidupannya sudah banyayang terpakai.
Begitu membran sel darah merah menjadi rapuhsetersebut bisrobek sewaktu melewati tempat-tempayang sempidi sirkulasiDi limpa akan dijumpai banyak seda­rah merah yang hancurkarensel-sel ini terperas sewak­tu melalui puJpa merah limpa. Ruangan di antara struktur trabekula pulpa merahyang harus dilaJui oleh sebagian besar sel, lebarnya hanya 3 mikrometer, dibandingkan dengan sel darah merah yang berdiameter 8 mikrometer. Bila limpa diangkat, jumlah sel darah merah abnormal berumur tua yang beredar dalam darah akan menin~ secara bermakna.
Penguraian Hemoglobin.
 Hemoglobin yang dilepas­kan dari sesewaktu sel darah merah pecahakan segerdifagosit oleh sel-sel makrofadi banyak bagian tubuhnamun terutama olehsel-sel Kupffehatimakrofalimpa dan makrofasum sum tulang. Selambeberapajam atau beberapa hari sesudahnyamakrofag akan melepaskan besi yandidapadari hemoglobin dan menghantarkan­nykembali ke daladarah dan diangkut oleh transferin ke sum sum tulang untuk membentuk sel darah merah baru, atau ke hati dan jaringanlainnyuntuk disimpan dalam bentuk feritinBagian porfirin dari molekul hemo­globin diubah oleh makrofamelalui serangkaian tahap menjadi pigmen empedubilirubinyandilepaskan kdalam darah dakemudian dikeluarkan dari tubuh oleh sekresi melalui hatke dalam cairaempedu.                                                                                                               


Diferensiasi dini dari sel stem hemopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe sel stem commited. Selain sel-sel commited untuk membentuk sel darah merah terbentuk pula dua silsilah utama dari sel darah putih, silsilah mielositik dan limfositik, silsilah mielositik dimulai  dengan mieloblas sedangkan silsilah limfositik dimulai dengan limfoblas.
Granulosit dan monosit hanya dapt ditemukan pada sumsum tulang. Limfosit dan sel plasma terutama diproduksi dalam berbagai organ limfogen, termasuk kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil, dan berbagai kantong jaringan limfoid di mana saja dalam tubuh, terutama dalam sumsum tulang pada plak peyer di bawah epitel dinding usus.
Sel darah putih yang terbentuk dalam sumsum tulang, terutama granulosit, disimpan dalam sumsum sampai mereka diperlukan di sistem sirkulasi. Kemudian, bila kebutuhan meningkat, bermacam-macam faktor akan menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan. Dalam keadaan normal, granulosit yang bersirkulasi dalam seluruh darah kira-kira tiga kali jumlah yang disimpan dalam sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit selama 6 hari.
Limfosit sebagian besar disimpan dalam berbagai area jaringan limfoid kecuali pada sedikit limfosit yang secara temporer diangkut dalam darah.
Megakariosit juga dibentuk dalam sumsum tulang dan merupakan bagian dari kelompok mielogenosa dalam sumsum tulang. Megakariosit ini lalu pecah dalam sumsum tulang, menjadi fragmen kecil yang dikenal sebagai platelets atau trombosit yang selnjutnya masuk ke dalam darah.

 Masa Hidup Sel Darah Putih
Alasan utama keberadaan sel darah putih dalam darah adalah karena sel diangkut dari sumsum tulang atau jaringan lifoid ke area-area tubuh yang memerlukan. Masa hidup granulosit sesudah dilepaskan dari sumsum tulang normalnya 4 sampai 8 jam dalam darah sirkulasi, dan 4 sampai 5 hari berikutnya dalam jaringan. Pada keadaan infeksi jaringan yang berat, masa hidup keseluruhan seringkali berkurang sampai hanya beberapa jam, karena granulosit dengan cepat menuju daerah infeksi, melakukan fungsinya, dan masuk dalam proses di dalam proses di mana sel-sel itu sendiri dimusnahkan.
Monosit juga mempunyai masa edar yang singkat, yaitu 10 sampai 20 jam, berada dalam darah sebelum  mengembara melalui membran kapiler ke dalam jaringan. Begitu masuk ke dalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya menjadi besar sekali untuk menjadi makrofag jaringan, dan dalam bentuk ini, sel-sel tersebut dapat hidup berbulan-bulanatau bahkan bertahun-tahun kecuali bila mereka dimusnahkan karena melakukan fungsi fagositik. Makrofag jaringan ini membentuk dasar bagi sistem makrofag jaringan yang merupakan pertahanan lanjutan dalam jaringan untuk melawan infeksi.
Limfosit terus-menerus memasuki sistem sirkulasi bersama dengan pengaliran limfe dari nodus limfe dan jaringan limfoid lain. Kemudian, setelah beberapa jam. Limfoid berjalan kembali ke jaringan dengan cara diapedesis dan selanjutnya kembali memasuki limfe dan kembali ke jaringan limfoid atau ke darah lagi, demikian seterusny. Jadi terjadi sirkulasi limfoid yang terus menerus di seluruh tubuh. Limfosit memiliki masa hidup berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, tetapi hal ini bergantung pada kebutuhan tubuh akan sel-sel tersebut.
Hematopoiesis
Hematopoiesis merupakan pembentukan dan perkembangan sel darah. Pada embrio dan janin terjadi di berbagai tempat, termasuk hati, limpa, timus, kelenjar getah bening dan sumsum tulang. Mulai lahir sampai sepanjang sisa hidupnya terutama di sumsum tulang dan sebagian kecil di kelenjar getah bening.
           Faktor – faktor  yang mempengaruhi hematopoeitik 
Pertumbuhan dan reproduksi berbagai sel stem diatur oleh bermacam-macam protein yang disebut penginduksi pertumbuhan. Ada empat protein penginduksi pertumbuhan yang utama dan masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Salah satunya adalah interleukin-3, yang memulai pertumbuhan dan reproduksi hampir semua je­nis commited stem cells yang berbeda – beda, sedangkan yang lain hanya menginduksi pertumbuhan pada tipe – tipe sel yang spesifik.
Penginduksi pertumbuhan akan memicu pertumbuhan dan bukan memicu diferensiasi sel – sel. Diferensiasi sel adalah fungsi dari rangkaian protein yang lain, yang dise­but penginduksi diferensiasi. Masing – masing protein ini akan menghasilkan satu tipe commited stem cells untuk berdiferensiasi sebanyak satu langkah atau lebih menuju ke sel darah dewasa bentuk akhir.
Pembentukan penginduksi pertumbuhan dan penginduksi diferensiasi itu sendiri dikendalikan oleh faktor-fak­tor di luar sumsum tulang. Contohnya, pada eritrosit (sel darah merah), paparan darah dengan oksigen yang ren­dah dalam waktu yang lama akan mengakibatkan induksi pertumbuhan, diferensiasi, dan produksi eritrosit dalam jumlah yang sangat banyak. Pada sel darah putih, penya­kit infeksi akan menyebabkan pertumbuhan, diferensiasi, dan akhirnya pembentukan sel darah putih tipe tertentu yang diperlukan untuk memberantas setiap infeksi.  

Nama
Lokasi gen manusia dan sel penghasil
Aktivitas biologik utama
Granulosit (G-CSF)
Kromosom 17
Makrofag
Endotel
Fibroblast
Merangsang pembentukan granulosit ( in vitro dan  in vivo)
Meningkatkan metabolisme granulosit 
Merangsang sel ganas (leukemik)
Granolusit + makrofga ( GM-SCF)
Kromosom 5
Limfosit T
Endotel
Fibroblast
Merangsang produksi granulsit dan makrofag in vitro dan in vivo
Makrofag (M-SCF)
Kromosom 5
Makrofag
Endotel
Fibroblas
Merangasang pembentuakn makrofag  in vitro.
Meningkatkan aktivitas antitumor dari makrofag.
Interleukin 3 (IL-3)
Kromosom 5
Limfosit T
Merangsang produksi semua sel mieloid in vivo dan in vitro
Eritropoietin (EPO)
Kromosom 7
Sel interstitial ginjal (korteks bagian luar)
Merangsang pembentukan sel darah merah in vivo dan in vitro
Tabel faktor pertumbuhan hamatopoietik:
     Kelainan-kelainan sel darah
 Kelainan pada sel darah merah
1.      Penyakit : Anemia defisiensi besi
Penyebab utama : Asupan zat besi yang kurang atau pengeluaran yang berlebih
2.      Penyakit : Methemoglobinemia
Penyebab utama : Asupan oksidan yang berlebihan (berbagai bahan kimia dan obat), defisiensi genetic pada system methemoglobin reduktase, dependen-NADH, pewarisan HbM
3.      Penyakit : Anemia sel Sabit
Penyebab utama :Sequens kodon 6 pda rantai β berubah dari GAG pada gen normal menjadi GTG pada gen sel sabit sehinggga terjadi substitusi asam glutamate oleh valin.
4.      Penyakit : Thalasemia-α
Penyebab utama : Berbagai mutasi pada gen α-globin terutama pertukaran silang (crossing over) yang tak sepadan dan delesi dalam jumlah besar
5.      Thalasemia-β
6.      Penyakit : Anemia
Penyebab utama : berkurangnya jumlah eritrosit hingga di bawah nilai batas normal, berkurangnya kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematocrit) per 100 ml darah.
Macam anemia:
»     Anemia Aplastik: gangguan yang mengancam jiwa pada sel induk di sumsum tulang , yang sel-sel darahnya diproduksi dalam dalam jumlah yang tidak mencukupi.
»     Anemia defisiensi besi : penurunan asupan zat besi atau pengeluaran yang berlebih
»     Anemia megaloblastik : disebabkan karena adanya defisiensi vitamin B12disebabkan oleh kurangnya absorbsi vitamin B12,dan karena adanya defisiensi asam folat yang disebabkan oleh penurunan asupan, gangguan absorbsi, ataupun karena adanya peningkatan kebutuhan terhadap folat.
7.      Penyakit : eritroblastosis fetalis
Penyebab : disebabkan oleh sel darah merah pada janin yang ber-rhesus positif atau Rh (+) diserang oleh antibodi ibu yang ber-rhesus negatif atau Rh (-). Sehingga, sel darah yang mengandung Rh (+) akan menjadi rapuh; oleh karena itulah, sel darah merah mudah pecah, sehingga menyebabkan anak yang lahir akan mengalami anemia berat.
8.      Penyakit :  Polisitemia
Penyebab utama : keadaan volume sel darah merah yang berlebihan, melebihi ambang batas jumlah normal.
 Kelainan pada sel darah putih
1.      Leukositosis
peningkatan jumlah leukosit yang pada umumnya melebihi 10.000 sel / mm3.
2.      Granulositosis
Peningkatan granulosit
3.      Neutrofilia
peningkatan kadar netrofil dalam darah. Netrofillia ini sangat sering ditemukan pada keadaan jaringan tubuh yang mengalami radang, khususnya radang akut
4.      Eusinofilia
Peningkatan kadar eusinofilia yang berlebihan, yang biasanya disebabkan oleh penyakit parasit yang terjadi di dalam tubuh
5.      Leukopenia
produksi sel darah putih atau leukosit yang sangat sedikit oleh sum-sum tulang sehingga tubuh kurang mendapat perlindungan dari banyak bakteri dan agen lain yang masuk menginvasi jaringan.
6.      Leukimia
dikenal dengan sebutan kanker sel darah putih karena sel darah putih dalam tubuh diproduksi secara tidak terkontrol. Hal ini terjadi karena mutasi pada sel mielogen ataupun pada sel limfogen. Ada 2, berdasar tempat mutasinya:
a.       Leukemia limfostik: Kanker ini terjadi pada sel limfosit yang berfungsi menghasilkan atau memporoduksi sel-sel darah yang dimulai di nodus limfa atau jaringan limfostik lain dan menyebar ke seluruh tubuh
b.      Leukimia Mielogenosa :Sel mielogenosa muda yang bersifat kanker diproduksi di sum-sum tulang kemudian menyebar ke berbagai jaringan dalam tubuh. Sehingga, sel ini sampai ke limfa, nodus limfa, dan hati. Oleh karena itulah, leukosit banyak diproduksi di nodus limfa, limfa dan hati. Sel mielogenosa muda yang bersifat kanker ini kadang-kadang berdiferensiasi membentuk leukemia netrofilik, leukimia eosinofilik, leukemia basofilik ataupun leukemia basofilik
7.      Limfoma
Merupakan keganasan sisttem limfatik dengan faktor resiko yang diidentifikasi mencakup keadaan immunodefisiensi (kongenital atau didapat), serta pajanan dengan herbisida, pestisida dan pelarut organik seperti benzena.
            Kelainan Homeostasis dan Koagulasi
Trombositosis dan Trombositopenia
Kelainan jumlah atau fungsi trombosit (atau keduanya) dapat mengganggu koagulasi darah.trombosit yang terlalu banyak atau sedikit mengganggu koagulasi darah. Keadaan yang ditandai dengan trombosit berlebihan disebut trombositosis atau trombositemia.
Trombositosis umumnya didefinisikan sebagai peningkatan jumlah trombosit lebih dari
400.000/mmdan dapat primer atau sekunder. Trombositosis primer timbul dalam bentuk trombositemia primer terjadi proliferasi abnormal megakariosit dengan jumlah trombosit melebihi 1 juta. Sedangkan trombositosis sekunder terjadi sebagai akibat adanya penyebab-penyebab lain, baik secara sementara setelah stress atau olahraga dengan pelepasan trombosit dari sumber cadangan (dari lien), atau dapat menyertai keadaan meningkatnya permintaan sumsum tulang seperti pada perdarahan, anemia hemolitik, atau anemia defisiensi besi. Peningkatan tajam jumlah trombosit terjadi pada pasien-pasien  yang liennya sudah di buang secara pembedahan. Karena lien merupakan tempat primer penyimpanan dan penghancuran trombosit, maka pengangkatan (spelenektomi) tanpa disertai pengurangan produksi didalam sumsum tulang akan mengakibatkan trombositosis, yang sering melebihi 1 juta/mm3.
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm. Jumlah trombosit yang rendah ini merupakan akibatnya berkurangan produksi atau meningkatnya penghancuran trombosit. Pasien trombositopenia cenderung mengalami pendarahan,seperti halnya pada hemophilia, kecuali bahwa biasanya pendarahan berasal dari venula-venula atau kapiler-kapiler kecil, bukan dari pembuluh yang besar, seperti pada hemophilia.  Sebagai akibatnya akan timbul bintik-bintik pendarahan diseluruh jaringan tubuh. Harus dicurigai sesorang terkena trombositopenia jika darahnya gagal untuk beretraksi, karena retraksi untuk bekuan normalnya bergabtung pada berbagai pelepasan berbagai factor pembekuan dari sejumlah trombosit yang terperangkap dalam jaringan bekuan fibrin.
Sebagian besar pasien trombositopenia mempunyai penyakit yang dikenal sebagai trombositopenia idiopatik, yang berarti trombositopenia yang tiddak diketahui penyebabnya. Pada keadaan seperti ini akibat dari antibody spesifik yang bereaksi terhadap trombosit itu sendiri dan mengahncurkannya.
Gangguan Faktor Plasma Herediter
         Hemofilia
Merupakan gangguan koagulasi herediter yang bermanifestasi sebagai episode pendarahan intermitten. Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor  VIII (FVIII) atau faktor IX (FIX), dikelompokkan sebagai hemofilia A dan B. Kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif terkait-X. Sehingga diturunkan secara genetik melalu kromosom wanita. Oleh karena itu, wanita hampir tidak pernah mengalami hemofilia karena paling sedikit satu dari kedua kromosom X-nya mempunyai gen-gen yang sempurna. Bila salah satu kromosom X-nya mengalami defisiensi, ia akan menjadi carier yang menurunkan penyakit hemofilia pada separuh anak laki-lakinya dan menrunkan sifat carier pada separuh anak wanitanya.
Dua jenis hemofilia yang secara klinis identik adalah : hemofilia A atauhemofilia klasik karena defisiensi atau tidak adanya akivitas factor antihemofilia VII, dan hemofilia B atau penyakit Christmas karena defisiensi atau tidak adanya akitivitas factor IX. Hemofilia dapat diklasifikasikan sebagai: (1) berat  dengan kadar aktivitas faktor kurang dari 1%, (2) sedang  kadar aktivitas diantara 1%-5%, serta (3) ringan  jika 5% atau lebih. Perdarahan spontan dapat terjadi jika kadar aktivitas faktor kurang dari 1%. Tetapi pada kadar 5% atau lebih, perdarahan umumnya terjadi berkaitan dengan trauma atau proseduir pembedahan. Manifestasi klinis meliputi pendarahan jaringan lunak, otot, dan sendi, terutama sendi-sendi yang menopang berat badan, disebut hemartrosis (pendarahan sendi). Derajat pendarahan berkaitan dengan banyaknya aktivitas factor dan beratnya cedera. Pendarahan dapat terjadi segera atau berjam-jan setelah cedera.
         Penyakit Von Willebrand
Penyakit von Willebrand adalah gangguan koagulasi herediter yang paling sering terjadi. Dikenal berbagai subtipe, yang paling sering terjadi adalah tipe I. Kecuali tipe II dan tipe III yang autosomal resesif, semua tipe diturunkan secara dominan autosomal, sama-sama terjadi pada laki-laki dan perempuan. Pada penyakit ini terdapat penurunan aktivitas factor VIII  dan faktor VIII.  Faktor von Willebrand disintesis didalam sel-sel endotel dan megakariosit serta disimpan didalam organel penyimpanan. Faktor von Willebrand mempermudah adhesi trombosit pada komponen-komponen di dalam subendotel vascular dibawak keadaan aliran yang tinggidan bertekanan, serta faktor ini merupakan karier intravaskular untuk Faktor VIII ditempat pendarahan aktif. Pada penyakit von Willbrand, trombosit tidak melekat pada kolagen karena adanya defisiensi atau kelainan pada factor von Willebrand.
Defisiensi Faktor Plasma Di Dapat
            Hal ini berkaitan dengan penurunan produksi faktor-faktor koagulasi, seperti yang ditemukan pada penyakit hati atau defisiensi vitamin K, atau peningkatan konsumsi yang menyertai koagulasi intravascular diseminata (DIC) atau fibrinolisis.
            Karena hari merupakan tempat utama sintesis factor-faktor II, V, VII, IX dan X, gangguan hati berat (yaitu, sirosis) akan mengubah respons hemostatik. Selain itu juga terjadi gangguan dalam penyerapan vitamin K, dan lain-lain.
Koagulasi Intravaskular Diseminata (DIC)
Merupakan suatu sindrom kompleks yag terdiri atas banyak segi, yang sistem hemostatik dan fisiologik normalnya mempertahankan darah tetap cair berubah menjadi suatu sistem patologik yang menyebabkan terbentuknya trombi fibrin difus, yang menyumbat mikrovaskular tubuh. System fibrinolitik diaktivasi oleh thrombin di dalam sirkulasi, yang memecah fibrinogen menjadi monomer fibrin. Thrombin dapat merangsang agregasi trombosit, mengaktivasi factor V dan VIII, serta melepas activator plasminogen, yang membentuk plasmin. Plasmin memecah fibrin membentuk produk-produk degradasi-fibrin, selanjutnya menginaktivasi factor V dan VIII. Aktivitas thrombin yang berlebihan mengakibatkan berkurangnya fibrinogen, trombositositopenia, factor-faktor koagulasi, dan fibrinolisis, yang mengakibatkan perdarahan difus.
Respon tubuh terhadap penurunan volume darah
Penurunan volume darah menyebabkan penurunan aliran darah melalui pembuluh darah perifer, dan terutama yang dapat menyebabkan kegagalan penyerapan oksigen oleh darah sewaktu melewati paru-paru, dapat juga meningkatkan kecepatan produksi sel darah merah. Hal ini tampak jelas terutama pada keadaan gagal jantung yang lama, dan pada kebanyakan penyakit paru, karena hipoksia jaringan  yang timbul akibat keadaan ini akan meningkatkan produksi sel darah merah, dengan hasil akhir berupa kenaikan hematokrit dan biasanya juga akan meningkatkan volume darah total.
Respon tubuh terhadap peningkatan volume darah
Pada kasus yang meningkatkan volume darah total seperti pada polisitemia, volume darah total kadang meningkat sampai dua kali normal. Akibatnya, seluruh sistem pembuluh darah menjadi membengkak. Selain itu, banyak kapiler darah menjadi tersumbat oleh darah yang kental, viskositas darah pada polisitemia vera kadang-kadang meningkat dari 3 kali viskositas air menjadi 10 viskositas air. Karena viskositas darah sangat meningkat aliran darah yang melalui pembuluh darah perifer menjadi sangat lambat. Sesuai dengan faktor-faktor yang mengatur pengembalian darah ke jantung, kenaikan viskositas menurunkan kecepatan aliran balik vena ke jantung. Sebaliknya, pada polisitemia,  volume darah sangat meningkat, yang cenderung menambah aliran balik vena. Jadi sesungguhnya, curah jantung pada polisitemia tidak jauh dari nilai normal, sebab kedua faktor tersebut kurang lebih akan saling menetralkan. Ini berarti bahwa mekanisme pengaturan tekanan darah biasanya dapat mengimbangi kecendrungan kenaikan viskositas darah untuk menaikkan tahanan perifer dengan demikian, akan meningkatkan tekanan arteri.  Akan tetapi, diatas batas nilai tertentu pengaturan ini dapat gagal dan timbul hipertensi.


Nilai Normal Laboratorium - Jika anda sudah memeriksakan laboratorium dan beberapa pemeriksaan anda, tentu anda ingin mengetahui apakah nilai lab anda normal, rendah atau tinggi. Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang sering dilakukan dan standar nilai normal laboratorium yang berlaku.



Nilai Normal Gula Darah
Pria:
Glukosa Puasa : 80 – 100 (mg/dl)
Glukosa Post prandial  : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa Sewaktu : < 150 (mg/dl)

Wanita:
Glukosa Puasa : 80 – 100 (mg/dl)
Glukosa Post prandial : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa Sewaktu : < 150 (mg/dl) 


Nilai Normal Asam Urat
Pria: Asam urat : 3.4 – 7.0 (mg/dl)
 Wanita: Asam urat : 2.4 – 5.7 (mg/dl)


 Nilai Normal Kolesterol
Pria:
Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL – Kolesterol : > 55 (mg/dl)
LDL – kolesterol : < 150 (mg/dl)

Wanita:
Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL – Kolesterol : > 65 (mg/dl)
LDL – kolesterol : < 150 (mg/dl)


Nilai Normal Leukosit
Pria: Leukosit : 4.000 – 11.000 (5.000 – 10.000) (/ul)
 Wanita: Leukosit : 5.000 – 10.000(/ul)


Nilai Normal Trombosit
Pria: Trombosit : 150.000 – 440.000 (150.000 – 400.000) (/ul) 
Wanita: Trombosit : 150.000 – 400.000(/ul)


Nilai Normal tekanan Darah
Optimal : 110/70 mmHg
Normal: 120/80 mmHg 


Nilai Normal Hemoglobin (Nilai Normal Hb)
Pria: Haemoglobin (Hb) : 13.5 – 17.5 (13 – 16) (g/dl)
Wanita: Haemoglobin (Hb) : 12 – 15 (g/dl)


 Nilai Normal eritrosit
Pria: Eritrosit : 4.5 – 5.9 (4.5 – 5.5) (juta/ul)
Wanita: Eritrosit : 4 – 5 (juta/ul)


Nilai Normal Hematokrit
Pria: Hematokrit (Ht) : 41.0 – 53.0 (40 – 54) (%)
Wanita :  Hematokrit (Ht) : 36 – 47 (%)


Nilai Normal SGOT SGPT
Pria:
SGOT : 5 – 40 (u/l)
SGPT : 5 – 41 (u/l)

Wanita:
SGOT : 5 – 40 (u/l)
SGPT : 5 – 41 (u/l) 


Nilai Normal Albumin
Pria: Albumin : 3.8 – 5.0 (gr %)
Wanita: Albumin : 3.8 – 5.0 (gr %)


Nilai Normal Bilirubin
Pria:
Bilirubin total : 0.2 – 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 – 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 – 0.8 (mg %)

Wanita:
Bilirubin total : 0.2 – 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 – 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 – 0.8 (mg %) 


Nilai Normal Kreatinin
Pria : Kreatinin : 0.5 – 1.5 (mg/dl)
Wanita : Kreatinin : 0.5 – 1.5 (mg/dl)


Nilai Normal Ureum (Nilai Normal BUN)
Pria : Ureum : 15 – 40 (mg/dl)
Wanita : Ureum : 15 – 40 (mg/dl)


Nilai Normal LED
Pria : Laju Endap Darah (LED) : 0 – 10 (mm/jam)
Wanita : Laju Endap Darah (LED) : < 15 (mm/jam)


Nilai Normal AGD
Pria / wanita:
pH 7,35-7,45
PaCO2 35-45 mmHg
PaO2 80 -100 mmHg
SaO2 95 % atau lebih 
HCO3- 22-26 mEq/L
% Met Hb <2,0%
% CO Hb <3,0 %
Base Excess -2,0 s/d 2,0 mEq/L
CaO2 16-22 ml O2/dL


Nilai Normal HbA1C
Orang normal : 4,0 – 6,0 %
DM terkontrol baik : kurang dari 7%
DM terkontrol lumayan : 7,0 – 8,0 %
DM tidak terkontrol : > 8,0 %


Nilai Normal CD4
Pria / Wanita: 800 - 1050 (sel/mm3)


Nilai Normal GFR (Glomerular Filtration Rate)
Pria: 120 ± 25 ml/mnt 
Wanita : 95 ± 20 ml/mnt 


Nilai Normal HbsAg
Pria : negatif
Wanita: negatif


Nilai Normal PSA
Umur 40-49 tahun : 0-2,5 ng/ml
Umur 50-59 tahun : 0-3,5 ng/ml
Umur 60-69 tahun : 0-4,5 ng/ml
Umur 70-79 tahun : 0-6,5 ng/ml.

Pemeriksaan darah rutin meliputi 6 jenis pemeriksaan
  1. Hemoglobin / Haemoglobin (Hb)
  2. Hematokrit (Ht)
  3. Leukosit: hitung leukosit (leukocyte count) dan hitung jenis (differential count)
  4. Hitung trombosit / platelet count
  5. Laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate (ESR)
  6. Hitung eritrosit (di beberapa instansi) 
  
Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan Hb merupakan salah satu dari sekian banyak tolak ukur apakah anda terkena anemia atau tidak. Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang telah dihirup dan masuk ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh hemoglobin di dalam darah untuk didistribusikan ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang dan seluruh organ tubuh.
Orang-orang yang tidak pernah atau jarang mengkonsumsi vitamin dan mineral, ibu hamil, orang yang mengalami perdarahan akibat terluka, terkena infeksi kronis atau penyakit kronis seperti TBC, tumor, gangguan hati, dan gangguan kesehatan lainnya, bisa saja terjadi penurunan kadar Hb. Raut wajah akan terlihat pucat dan kuyu. Tubuh pun menjadi lemas, tidak bertenaga dan mudah lelah.
Nilai normal
* dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL,                           *  wanita hamil 10-15 gram/dL
* wanita 12-16 gram/dL                                            * anak 11-16 gram/dL,
* baLita 9-15 gram/dL,bayi 10-17 gram/dL           * neonatus 14-27 gram/dL
  • Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.
  • Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.
Hematokrit (Ht)
Hematokrit atau biasa disingkat Ht merupakan perbandingan antara proporsi volume sampel darah Anda dengan sel darah merah (eritrosit) yang diukur dalam satuan millimeter per desiliter dari darah keseluruhan, bias juga dinyatakan dalam persen. Jadi pengukuran ini bisa dihubungkan dengan tingkat kekentalan darah. Semakin tinggi presentasenya berarti semakin tinggi kekentalan darahnya, atau sebaliknya. Bersama kadar hemoglobin, kadar hematokrit biasanya dikaitkan dengan derajat anemia yang diderita.
Nilai normal
* dewasa pria 40-54%                     * wanita 37-47%
* wanita hamil 30-46%                    * anak 31-45%, balita 35-44%
* bayi 29-54%                                   * neonatus 40-68%
Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah. Secara kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin.
·         Ht tinggi(meningkat) hemokonsentrasi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%.
  • Ht rendah hemodilusi (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis, leukemia, kehamilan,malnutrisi, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht <15%.
·         Kadar ht normal 3x nilai hb
 Leukosit (Hitung total)

Leukosit juga disebut sel darah putih walaupun sebenarnya tidak berwarna alias bening. Di dalam sel darah putih terkandung unsur-unsur darah seperti basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit.
Keadaan dimana leukosit meninggi disebut leukositosis, biasa muncul pada darah setelah menjalani latihan olah raga yang berat, terkena infeksi kronis (tifus, cacingan, TBC, dan lain-lain), atau setelah terkena luka bakar yang luas.
Pada saat leukemia kadar leukosit sangat tinggi, bisa mencapai 10 kali lipat dibandingkan kadar normalnya. Jika kadar leukosit terlalu tinggi, leukosit tersebut justru akan merusak leukosit lainnya, dan ini juga akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Kadar leukosit akan turun seiring dengan sembuhnya satu sumber penyakit. Jika memang yang bermasalah adalah leukosit itu sendiri misalnya leukemia, dokter akan memberikan pengobatan khusus untuk menurunkan kadar leukosit.
Ada juga yang disebut leukopenia. Kondisi ini terjadi karena kadar leukosit anda kurang dari normal. Leukopeni biasanya timbul akibat mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat-obatan kanker, keracunan benzene, urethane, dan logam-logam tertentu, infeksi kronis, anemia, dan juga faktor keturunan. Jika kadarnya terlalu rendah, tentu akan berpengaruh pada system kekebalan tubuh. Tubuh akan lebih mudah terkena berbagai penyakit infeksi, agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.
Nilai normal 4500-10000 sel/mm3
* Neonatus 9000-30000 sel/mm3       * Bayi sampai balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3
* Anak 10 tahun 4500-13500/mm3   * ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3,
* postpartum 9700-25700 sel/mm3
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:
  • Anemia hemolitik
  • Sirosis hati dengan nekrosis
  • Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
  • Keracunan berbagai macam zat
  • Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan sulfonamid.
Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.

Leukosit (hitung jenis)
Darah terdiri atas komponen-komponen seperti eritrosit, trombosit, hemoglobin, dan leukosit. Leukosit sendiri terdiri atas sel leukosit basofil, eusinofil, neutrofil (terdiri atas neutrofil batang dan neutrofil segmen), monosit dan limfosit. Besarnya kadar-kadar zat penyusun leukosit tersebut dinyatakan dalam persen. Biasanya, persentase tertinggi ada pada neutrofil segmen dan limfosit, sementara persentase terendah ada pada eosinofil, basofil, dan monosit. Kadangkala persentase eosinofil lebih tinggi, misalnya pada keadaan infeksi kronis seperti cacingan, keracunan, dan perdarahan. Bisa juga terjadi persentase limfosit dan monosit lebih tinggi yaitu pada penyakit hati dan anemia kronis.
Nilai normal hitung jenis
  • Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)
  • Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)
  • Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3)
  • Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3)
  • Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)
  • Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)
Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.
  • Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi yang disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera.
  • Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding netrofil disebut shift to the right. Infeksi yang disertai shift to the rightbiasanya merupakan infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the right antara lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.
Trombosit
Trombosit sering dikaitkan dengan penyakit demam berdarah atau DBD. Pada penderita DBD, terjadi penurunan kadar trombosit dalam darah secara signifikan. Trombosit yang menurun menyebabkan terjadinya pendarahan pada kulit karena trombosit berfungsi sebagai salah satu pembeku darah.
Tidak semua trombosit yang rendah lantas dikaitkan dengan DBD. Rendahnya trombosit juga bias merupakan kelainan bawaan. Hal ini terjadi karena produksi trombosit seseorang memang sangat rendah.
Trombosit yang rendah menimbulkan gangguan pada system pembekuan darah. Oleh karena itu, pada penderita DBD dengan kadar trombosit rendah akan mempermudah munculnya titik-titik pendarahan pada kulit, hidung bahkan otak.
Nilai normal
*dewasa 150.000-400.000 sel/mm3                      * anak 150.000-450.000 sel/mm3.
  • Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah dengue (DBD), anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.
·         Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000 sel/mm3. leukemia (kanker sel darah putih), polisitemia vera (kadar sel darah merah yang sangat meninggi), penyebaran tumor ganas, penyakit-penyakit vaskuler seperti lupus (gangguan system imun atau kekebalan tubuh), setelah operasi pembedahan, perdarahan, dan pada orang yang baru berhenti mengkonsumsi alcohol.

Laju endap darah(LED)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat kecepatan darah dalam membentuk endapan. Sekian cc darah akan dimasukkan ke dalam satu tabung pengukuran dan dinilai pada berapa millimeter pengendapan itu muncul. Laju endap darah dilakukan untuk menilai berapa kecepatan eritrosit atau sel darah merah bisa mengendap dalam tabung pengukuran yang diukur selama satu jam.
Laju endap darah bisa menurun akibat kelainan-kelainan sel darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana sel darah merah sangat banyak sehingga darah menjadi sangat kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju endap darah maka kecepatan timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel darah merah hamper sama dengan darah keseluruhan.
Pemeriksaan laju endap darah sangat berguna untuk mendeteksi adanya suatu peradangan dan bahkan perjalanan atau aktivitas suatu penyakit.
Nilai normal
*dewasa pria <15 mm/jam pertama          * wanita <20 mm/jam pertama
*ansia pria <20 mm/jam pertama              * wanita <30-40 mm/jam pertama
*Wanita hamil 18-70 mm/jam pertama    * anak <10 mm/jam pertama
·         LED yang meninggi
dalam satu jam apabila mengalami cedera, peradangan, atau kehamilanmeningkat : menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan. jika menderita infeksi kronis atau kasus-kasus dimana peradangan menjadi kambuh, misalnya TBC atau rematik. Adanya tumor, keracunan logam, radang ginjal maupun lever juga kadang memberikan nilai yang tinggi untuk laju endap darah.
·         LED yang sangat rendah
menandakan gagal jantung dan poikilositosis, Laju endap darah bisa
menurun : akibat kelainan-kelainan sel darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana sel darah merah sangat banyak sehingga darah menjadi sangat kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju endap darah maka kecepatan timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel darah merah hamper sama dengan darah keseluruhan.

Hitung eritrosit
Eritrosit atau sering disebut sel darah merah, adalah bagian darah dengan komposisi terbanyak di dalam darah. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat metabolisme makanan untuk dapat menghasilkan energi serta mengangkut O(oksigen) dan CO2 (karbon dioksida). Pada penyakit-penyakit kronis seperti penyakit hati, anemia, dan leukemia bias ditemui penurunan jumlah sel darah merah. Pada pemeriksaan lanjutan, biasanya laboratorium akan melampirkan nilai-nilai seperti MCV dan MCHC.
MC (mean cospuscular) adalah jenis pemeriksaan untuk menilai kadar eritrosit rata-rata. Pemeriksaan ini biasanya dijadikan indikator untuk melihat kadar anemia seseorang. MCV atau mean cospuscular volume digunakan untuk mengukur indeks volume eritrosit dalam darah. MCH atau mean cospuscular haemoglobinuntuk mengukur indeks warna pada eritrosit dalam darah. Adapun MCHC ataumean cospuscular haemoglobin concentration untuk mengukur indeks saturasi eritrosit dalam darah.
Sekali lagi, pemeriksaan ini ditujukan untuk menegakkan penyakit anemia yang diderita seseorang. Nilai-nilai ini menggambarkan beraneka ragam bentuk atau wajah sel darah merah. Hal ini penting untuk mengetahui apakah ada kelainan pada sel darah merah.
Nilai normal
*wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3          * pria 4.5-6.2 juta sel/mm3.
*Bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3             * anak 3.6-4.8 juta sel/mm3.
  • Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka bakar, perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia, anemiasickle cell.
  • Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan, penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi obat (kloramfenikol, parasetamol, metildopa, tetrasiklin, INH, asam mefenamat)
·         Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain :
·         MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
·         MCV =  Hematokrit x 10
Eritrosit
·         Nilai normal = 82-92 fl
·         MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
·         MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
·         Nilai normal = 27-31 pg
·         MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)
·         MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
·         Nilai normal = 32-37 %
·         Masalah Klinis 
HASIL MEMENDEK : Penyakit Hodgkin
HASIL MEMANJANG : idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), abnormalitas       trombosit, abnormalitas vascular, leukemia, penyakit hati serius, disseminated intravascular coagulation (DIC), anemia aplastik, defisiensi faktor koagulasi (V, VII, XI). Pengaruh obat : salisilat (aspirin), dekstran, mitramisin, warfarin (Coumadin), streptokinase (streptodornasi, agens fibrinolitik).

Anemia berhubungan dengan jumlah atau volume darah di tubuh yang kurang. Sedangkan tekanan darah rendah adalah kekuatan darah dalam menekan dinding pembuluh darah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eosinofil , Monosit dan Limfosit

Cara Membaca Hasil Laboratorium | Nilai Normal Hasil Laboratorium HB (HEMOGLOBIN) Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh  kadar Hemoglobin. Nilai normal Hb : Wanita 12-16 gr/dL Pria 14-18 gr/dL Anak 10-16 gr/dL Bayi baru lahir 12-24gr/dL Penurunan Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang). Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan  Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi)  dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada...

10 Curug Yang Ada Di Sukabumi

J ika anda berkunjung ke  Sukabumi  anda akan disuguhi pemandangan alam yang luar biasa dan tergolong masih asri. Objek wisata alam merajai setiap jalur peta yang anda miliki. Mulai dari objek wisata air terjun, gua-gua, sumber mata air panas, pegunungan, bumi perkemahan, hingga pantai-pantai indah yang tersebar hingga ke pelosok daerah Sukabumi. Objek wisata alam yang ingin saya ingin bagi kepada anda adalah air terjun/ curug-curugnya yang... indah yang tak terhitung jumlahnya, berikut ini adalah sepenggal cerita yang bisa anda nikmati sebagai rekomendasi liburan ketika berkunjung ke Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia.  1. Curug Cikaso ( Curug Luhur ) Sebenarnya air terjun ini bernama Curug Luhur, tapi banyak masyarakat yang lebih suka menamainya Curug Cikaso. Ini karena airnya mengalir dari anak Sungai Cikaso. Untuk menjangkau tempatnya kita butuh seorang pemandu, sebab rute menuju curug ini tidak memiliki penunjuk jalan sama sekali. Biaya sewa pemandunya ...