BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Bagi kebanyakan orang,
formalin adalah bahan yang lazim
digunakan untuk pengawet mayat . Formalin mempunyai sifat khas dibanding
desinfektan lain sehingga lebih dipilih untuk mengawetkan mayat.
Akhir – akhir ini
semakin marak dibicarakan tentang formalin yang terdapat dibeberapa bahan
makanan. Formalin dijadikan salah satu zat untuk mengawetkan makanan, sehingga
makanan akan lebih lama bertahan.
Pengawet formalin
mempunyai unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein, karenanya
jika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin akan mengikat unsur
protein mulai dari bagian permukaan tahu
hingga terus meresap ke bagian dalamnya.
Dengan matinya protein setelah terikat
unsur kimia dari formalin maka
bila di tekan tahu terasa lebih kenyal. Selain itu protein yang telah mati
tidak akan di serang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, itulah
sebabnya tahu atau makanan lainnya menjadi lebih awet.
Sifat antimicrobial dari
formaldehid merupakan hasil dari kemampuannya menginaktivasi protein dengan
cara mengkondensasi dengan amino bebas dalam protei menjadi campuran lain.
Kemampuan dari formaldehid meningkat seiring dengan peningkatan suhu
(Lund,1994). Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid
bereaksi dengan protein sehingga membentuk rangkaian – rangkaian antara protein
yang berdekatan.
Melihat sifatnya,
formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang banyak terdapat di dalam
tubuh manusia seperti pada lambung. Terlebih bila formalin yang masuk ke tubuh
itu memiliki dosis tinggi.
Formalin juga dapat merusak
persyarafan tubuh manusia dan di kenal dengan zat yang bersifat neurotoksik.
Gangguan pada persyarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit
berkonsentrasi. Pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi dan
infertilas. Penggunaan formalin jangka panjang pada manusia dapat menyebabkan
kanker mulut dan tenggorokan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian H2CO
Formaldehid / H2CO merupakan senyawa
kimia berbentuk gas atau larutan dan kedalamnya ditambahkan methanol 10-15%
untuk mencegah polimerisasi. Dalam perdagangan, tersedia formaldehid 37% dalam
air yang dikenal dengan formalin serta dikenal sebagai bahan pengawet dan
biasanya mengandung 10% methanol, memiliki karakteristik tidak bewarna bau yang
keras dan mempunyai berat jenis 1,09 kg/1 dalam suhu 20 derajat Celsius.
Gambar 2.1 : H2CO/Formalin
Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan
nama berbeda-beda antara lain sebagai berikut
:
a.
Formol
b.
Morbicid
c.
Formic Aldehyde
d.
Oxymethylene
e.
Methylene aldehyde
f.
Oxomethane
g.
Formoform
h. Ethylene
aldehyde
i.
Oxomethane
j.
Formoform
k.
Formalith
l.
Karsan.
2.2. Sifat H2CO
Meskipun
formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa
ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil,
bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dansanyawa aromatik
serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan
katalis basa, formaldehida bisa mengalami
reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.
Formaldehida
bisa membentuk trimer siklik,1,3,5-trioksana atau polimer linier
polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida
berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin.
Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena
itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan
udara.
Sifat
fisika dan kimia
• Tampilan : cairan jernih (tidak berwarna)
• Bau :
berbau menusuk, keras
• Kelarutan : sangat larut
• Berat jenis dan pH : 1.08 dan 2.8
• Volatilasi (21oC) : 100
• Titik didih dan titik cair : 96oC dan –15oC
• Kepadatan uap (1 atm) : 1.04
• Tekanan Uap :
1.3 @ pada 20oC
2.3.
Penggunaan H2CO
Pembunuh kuman sehingga di manfaatkan untuk pembersih
lantai, kapal, gudang, dan pakaian.
a.
Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
b. Bahan
pada pembuatan sutra buatan, cermin kaca dan bahan peledak.
c. Dalam
dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas.
d. Bahan
pembuatan pupuk lepas lambat (sustained release ) dalam bentuk urea
formaldehyde.
e. Bahan
untuk pembuatan produk parfum.
f.
Pencegah korosi untuk sumur minyak.
g. Bahan
untuk insulasi busa.
h. Bahan
perekat untuk produk kayu lapis ( plywood ).
Penggunaan yang salah
Melalui sejumlah survei dan pemeriksaan laboratorium,
ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet.
Praktek yang salah seperti ini dilakukan olehprodusen atau pengelola pangan
yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering diketahui
mengandung formalin misalnya:
a. Ikan
segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah
tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
b. Ayam
potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah
busuk.
c. Mie
basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi
dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.
d. Tahu :
Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur awet beberapa hari
dan tidak mudah basi.
2.4. Mekanisme H2CO masuk ke dalam tubuh
Formalin
sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran
pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Formalin masuk ke
dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan pernapasan. Sebetulnya,
sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi yang
dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau
kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Asap rokok atau air hujan yang jatuh
ke bumi pun sebetulnya juga mengandung formalin. Jika kandungan dalam tubuh
tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel,
sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan
kerusakan pada organ tubuh.
Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing
pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna
mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus,
preneoplastic hyperplasia pylorus dan adenocarcinoma duodenum. Penelitian
lainnya menyebutkan pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan
cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui
hirupan. Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan
dibuang ke luar bersama cairan tubuh. Sehingga formalin sulit dideteksi
keberadaannya di dalam darah. Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak
tidaknya formalin di dalam tubuh. Jika imunitas tubuh rendah atau mekanisme
pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formalin dengan kadar rendah pun bisa
berdampak buruk terhadap kesehatan. Usia anak khususnya bayi dan balita adalah
salah satu yang rentan untuk mengalami gangguan ini.
Secara mekanik integritas mukosa (permukaan) usus dan
peristaltik (gerakan usus) merupakan pelindung masuknya zat asing masuk ke
dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan
denaturasi zat berbahaya tersebut. Secara imunologik sIgA (sekretori
Imunoglobulin A) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat
menangkal zat asing masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak, usus imatur (belum
sempurna) atau sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi
sehingga memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh sulit untuk
dikeluarkan.
2.5.
Bahaya H2CO
terhadap kesehatan
Bahaya dapat
terjadi dan berpotensi fatal jika terhirup,berbahaya jika kontak dengan kulit
atau tertelan menyebabkan kulit melepuh, selaput mukosa terbakar,iritasi
saluran pernafasan dan mata (kemungkinan parah),lakrimasi,reaksi alergi,bahaya
kanker (pada manusia).
A. Bahaya paparan jangka pendek (Akut)
1) Jika Terhirup
Konsentrasi 0,1-5,0 bpj dapat menyebabkan iritasi pada
hidung dan tenggorokan; 10-20 bpj dapat menyebabkan susah bernafas,rasa
terbakar pada hidung dan tenggorokan,dan batuk;25-50 bpj dapat menyebabkan
kerusakan jaringan dan luka saluran pernafasan seperti pneumonitis dan
kadang-kadang edema paru. Gejala lain seperti bersin, sulit bernafas, radang
kerongkongan, radang batang tenggorokan, dada sesak, radang cabang batang
tenggorokan, sakit kepala, disfagia, sangat haus, kelelahan, berdebar-debar,
mual dan muntah. Pada konsentrasi sangat tinggi akan menyebabkan kematian.
Reaksi hipersensitifitas seperti udem laring, asma bronchitis parah, dan
dilaporkan terjadi urtikaria pada orang yang pernah terpapar.
2) Jika Kontak Dengan Kulit
Uap atau larutan dapat menyebabkan rasa sakit,
perubahan warna putih, keras, mati rasa, dan luka baker tingkat satu.
Sensitisasi dermatis yang ditandai dengan ekstrim, reaksi vesicular disertai
dengan erupsi pada kelopak mata, wajah, leher, skrotum, dan pundak terjadi pada
orang yang pernah terpapar. Juga dilaporkan terjadi urtikaria. Dosis letal pada
kelinci sebeser 270 mg/kg
3) Jika Kontak Dengan Mata
Kosentrasi 0,05-3,0 bpj dapat menyebabkan iritasi
dengan kemerahan, gatal, sakit, berair, penglihatan kabur, dan lakrimasi
sedang. 4-20 bpj dapat menyebabkan lakrimasi hebat, dan kerusakan mata
permanen, dan kebutaan.
4) Jika Tertelan
Kasus tertelan formalin dalam bentuk gas tidak mungkin
terjadi, tapi jika terjadi, dapat menyebabkan mulut, tenggorokan dan lambung
terbakar, sulit bernafas, mual, muntah dan diare, kemungkinan pendarahan, sakit
perut parah, sakit kepala, hiotensi, vertigo, stupor, kejang, pingsan, dan
koma. Perubahan degeneratif dari hati, jantung dan otak, dan gangguan limpa,
pankreas, susunan saraf pusat, dan ginjal dengan albuminuria, hermaturia,
anuria, dan asidosis dapat terjadi.
B. Bahaya paparan jangka panjang ( Kronis )
a) Jika Terhirup
Paparan berulang atau jangka panjang menyebabkan sakit
kepala, rintis mual, mengantuk, gangguan pernapasan, gangguan ginjal, dan
sensitisasi paru. Efek neuropsikologi seperti gangguan tidur, iritibilitas,
gangguan keseimbangan, penurunan daya ingat, hilang konsentrasi, dan perubahan
kejiwaan. Gangguan haid dan sterilitas kedua pada wanita. Efek reproduktif pada
hewan
b) Jika Kontak Dengan Kulit
Paparan berulang atau jangka panjang mungkin
menyebabkan luka bakar tingkat dua, mati rasa, gatal, gangguan pada kuku,
pengerasan dan penyamakan kulit dan sensitisasi. Dermatitis dapat terjadi atau
terlihat beberapa tahun kemudian dimulai dengan erupsi pada area digital, dan
bagian lain tubuh.
c) Jika Kontak Dengan Mata
Efek tergantung pada konsentrasi dan lama paparan.
Keterulangan atau kontak lama dengan bahan krosif dapat menimbulkan
konjungtivitas atau efek seperti pada paparan jangka pendek
d) Jika Tertelan
Tertelan formalin dalam jumlah sedikit secara berulang
dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan, muntah, dan pusing. Reaksi
sensitisasi pernah dilaporkan. Pria yang menelan formalin selama 15 hari
mengeluh sakit pada perut atau lambung dan sakit kepala. Gejala lain yang
dilaporkan termasuk rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan, dan 4
orang pria mengalami gatal-gatal pada dada dan paha.
Penggunaan formalin untuk mengawetkan makanan
sesungguhya telah dilarang sejak tahun 1982. Hal ini dikuatkan dengan
Undang-Undang No 7/1996 tentang Perlindungan Pangan. Walaupun daya awetnya
sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan. Di Indonesia,
beberapa undang-undang yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet
makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988 yaitu bahwa makanan yang
menggunakan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan ketentuan mempunyai
pengaruh langsung terhadap derajat kesehatan manusia
2.6.
Penanganan
bila telah terpapar H2CO
a.
Terhisap
Pindahkan
korban pada udara bersih. Apabila tidak bisa bernapas beri napas buatan. Jika
sulit bernapas beri oksigen, kemudian panggil dokter.
b. Tertelan
Berilah susu, arang aktif atau air. Setiap bahan
organik dapat menonaktifkan formalinjaga tubuh korban agar tetap hangat dan
rileks. Apabila muntah, jaga agar kepala lebih rendah dari pinggul.
c. Kontak
kulit
segera cuci dengan air paling tidak 15 menit, sambil
melepas pakaian yang terkena. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
d. Kontak
mata
segera cuci dengan air selama 15 menit kemudian
panggil dokter
2.7. Nilai Ambang Batas Penggunaan H2CO.
Formalin
adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang
beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% –
40%. Formalin sangat mudah larut dalam air. Jika dicampurkan dengan ikan
misalnya, formalin dengan mudah terserap oleh daging ikan. Selanjutnya,
formalin akan mengeluarkan (dehydrating) isi sel daging ikan, dan menggantikannya
dengan formaldehid yang lebih kaku. Akibatnya bentuk ikan mampu bertahan dalam
waktu yang lama. Selain itu, karena sifatnya yang mampu membunuh mikroba,
daging ikan tidak akan mengalami pembusukan.
Sebenarnya batas toleransi Formaldehida (formalin
adalah nama dagang zat ini) yang dapat diterima tubuh manusia dengan aman
adalah dalam bentuk air minum, menurut International Programme on Chemical
Safety (IPCS), adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang
dibolehkan adalah 0,2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam
bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari.
Berdasarkan standar Eropa, kandungan formalin yang masuk dalam tubuh tidak
boleh melebihi 660 ppm (1000 ppm setara 1 mg/liter). Sementara itu, berdasarkan
hasil uji klinis, dosis toleransi tubuh manusia pada pemakaian secara
terus-menerus (Recommended Dietary Daily Allowances/RDDA) untuk formalin
sebesar 0,2 miligram per kilogram berat badan. Misalnya berat badan seseorang
50 kilogram, maka tubuh orang tersebut masih bisa mentoleransi sebesar 50
dikali 0,2 yaitu 10 miligram formalin secara terus-menerus. Sedangkan standar
United State Environmental Protection Agency/USEPA untuk batas toleransi
formalin di udara, tercatat sebatas 0.016 ppm. Sedangkan untuk pasta gigi dan
produk shampo menurut peraturan pemerintah di negara-negara Uni Eropa (EU
Cosmetic Directive) dan ASEAN (ASEAN Cosmetic Directive) memperbolehkan
penggunaan formaldehida di dalam pasta gigi sebesar 0.1 % dan untuk produk shampoo
dan sabun masing-masing sebesar 0.2 %. Peraturan ini sejalan dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM) di Indonesia
(Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat & Makanan RI No HK.00.05.4.1745,
Lampiran III “Daftar zat pengawet yang diizinkan digunakan dalam Kosmetik
dengan persyaratan…” no 38 : Formaldehid dan paraformaldehid) (Fahruddin 2007)
Walaupun daya awetnya sangat luar biasa, formalin
dilarang digunakan pada makanan. Di Indonesia, beberapa undang-undang yang
melarang penggunaan formalin sebagai pengawet makanan adalah Peraturan Menteri
Kesehatan No 722/1988, Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999,
UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Paisal 2007).
2.8. Kadar H2CO
Di udara
Menurut WHO
kurang dari 0,06 ppm. Kadar yang dapat mengganggu kesehatan apabila lebih dari
0,12 ppm. Di USA pemaparan yang direkomendasikan tidak lebih dari 0,5 ppm dalam
8 jam.
Dalam
minuman
Di Australia
dalam minuman maksimum mengandung formaldehid sebanyak 0,5 mg/liter.
“Environmental
Protection Agency” (EPA) Amerika Serikat merekomendasikan orang dewasa tidak
minum air yang mengandung formaldehid lebih dari 1 mg/liter dalam hidupnya.
Sedangkan untuk anak-anak tidak minum air yang mengandung formaldehid 10 mg/liter selama satu hari pemakaian atau
50 mg/liter untuk 10 hari.
2.9. Proses Pembuatan H2CO
Persiapan
bahan baku pembuatan H2CO
Metanol cair dengan temperatur ± 30°C dipompa dari
metanol tank dan dipanaskan di preheater (MP) sampai temperatur 65°C lalu
dimasukkan dalam vaporizer (VP). Di dalam vaporizer terjadi perubahan fase dari
cair menjadi gas dengan suhu dalam vaporizer 65–75°C. Metanol gas dari
vaporizer dipanaskan lagi dengan super heater (SH) di bagian atas vaporizer
sampai suhu 95°C dan langsung dimasukkan ke mix gas (MG).
Udara dihisap melalui air filter (penyaring udara)
dengan blower. Setelah dipanaskan dengan pemanas udara sampai suhu ±110°C lalu
dimasukkan ke dalam mix gas (MG). Steam masuk melalui steam filter pada suhu
140 oC ke mix gas (MG).
Proses
Reaksi
Udara, steam dan metanol gas bercampur rata di mix gas
pada suhu 140 oC lalu masuk ke reaktor (RE) dengan melewati mix gas filter
(MGF) untuk menjaga agar tidak ada tetes-tetes cairan (kondensat) masuk ke
reaktor.
Pada saat start operation, temperatur katalis
dinaikkan oleh heater sebagai pemanas awal sampai suhu 400–450°C, setelah itu
heater dimatikan sehingga suhu katalis naik dengan sendirinya sampai suhu
operasi yang diinginkan karena adanya reaksi eksoterm. Di dalam reaktor terjadi
reaksi pembuatan gas formaldehid dengan bantuan katalis perak pada suhu operasi
650–700°C. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
1. Reaksi
oksidasi metanol
CH3OH + ½ O2 ——–>
CH2O + H2O -37 kcal/mol
2.Dehidrogenasi metanol
CH3OH
———> CH2O + H2 +21 kcal/mol
Gas formaldehide yang terbentuk kemudian di-spray
dengan larutan crude formalin 44% dengan temperature 80 oC untuk menurunkan
suhu gas formaldehid sampai dibawah 250
oC. Spray crude formalin ini juga dapat menyebabkan terjadinya reaksi samping
yaitu terbentuknya paraform dan asam format (formic acid). Reaksi samping yang
terjadi di dalam reaktor yaitu:
1. Reaksi
pembentukan paraform (methylen glycol)
CH2O + H2O
———> HOCH2OH (methylen glycol)
atau polymer dapat ditulis :
n CH2O + H2O ———->
HO(CH2O)n H
2. Reaksi pembentukan asam format (formic acid)
2 CH2O + H2O
———-> HCOOH +
CH3OH
(asam format)
(methanol)
Proses
Absorbsi
Gas formaldehide dari reaktor (RE) dialirkan ke bagian
bawah packed tower . Gas ini dikontakkan dengan larutan formalin 44% suhu 40 oC
yang dialirkan dari atas menara dengan bantuan distributor cairan agar larutan
formalin yang digunakan tersebar secara merata didalam packed tower dan
membasahi seluruh permukaan raschig ring sehingga penyerapan maksimal.
Hasil penyerapan di packed tower berupa formalin cair masuk ke control
tank (CT). Sisa gas yang belum terserap di packed tower masuk ke dalam bubble
cap tower yang akan diserap oleh pure
water dari atas menara. Sisa dari penyerapan itu yang masih lolos nantinya
dibakar di flare stack yang sebelumnya melewati demister. Hasil penyerapan dari
bubble cap tower masuk ke control tank (CT).
Proses
pendinginan
Larutan crude formalin pada control tank (CT)
temperaturnya ± 80°C, karena temperaturnya masih relatif tinggi maka
didinginkan lagi dengan dilewatkan cooler (CO). Cooler yang digunakan yaitu
frame and plate dengan temperatur keluar 40°C. Selain itu agar formalin yang
terbentuk sempurna, setelah melewati cooler larutan tersebut masuk ke crude
formalin filter (CF) baru masuk ke crude formalin tank . Kadar formalin di
crude formalin tank (T-03) sekitar 43-44%.
Proses
pengenceran
Untuk memperoleh formalin dengan kondisi standar yang
digunakan oleh PT. PAI yaitu formalin dengan kadar 37,3% maka formalin dari
crude formalin tank diencerkan dengan
menggunakan pure water di mixing tank . Setelah terbentuk larutan formalin 37,3%
disimpan dalam tangki penyimpanan.
2.10. Cara Analisis H2CO
Secara Kualitatif :
Formalin dengan adanya asam kromatropat dalam asam
sulfat disertai pemanasan beberapa menit akan terjadi pewarnaan violet
(Herlich, 1990). Reaksi asam kromatropat mengikuti prinsip kondensasi senyawa
fenol dengan formaldehida membentuk senyawa berwarna
(3,4,5,6-dibenzoxanthylium). Pewarnaan disebabkan terbentuknya ion karbenium-
oksonium yang stabil karena mesomeri (Schunack, Mayer & Haake, 1990).
Di Bawah ini reaksi Formalin dengan Asam Kromatropat :
Senyawa Fluoral P juga dapat digunakan untuk menguji
adanya formalin dengan menetesi bahan yang diduga mengandung formalin yang akan
menghasilkan suatu senyawa kompleks yang berwarna ungu.
Secara Kuantitatif :
Formalin juga dapat ditentukan kadarnya secara titrasi
asam – basa dengan menambahkan hidrogen peroksida dan NaOH 1 N dan pemanasan
hingga pembuihan berhenti, dan dititrasi dengan HCl 1 N menggunakan indikator
fenolftalein (Ditjen POM, 1979).
Reaksi :
HCHO + H2O2 → HCOOH + H2O
HCOOH + NaOH → HCOONa + H2O
NaOH + HCl → NaCl + H2O
1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 30, 03 mg
formalin.
BAB
III
KESIMPULAN
Larutan
Formaldehid atau larutan Formalin mempunyai nama dagang formalin, formol atau
mikrobisida dengan rumus molekul H2CO yangssangat kuat dan dikenal
dengan formalin 100% atau formalin 40% yang mengandung 40 gram formaldehid
dalam 100 ml pelarut.
Formalin
merupakan cairan jernih yang tidak berwarna atau hampir tidak berwarna dengan
bau yang menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan
rasa membakar. Titik leleh -920C, titik didih -210C dan densitas dari formalin
yakni 0,815 (pada suhu 200C). Bobot tiap mililiter ialah 1,08 gram. Dapat
bercampur dalam air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dalam kloroform dan
eter. Sifatnya yang mudah larut dalam air dikarenakan adanya elektron sunyi
pada oksigen sehingga dapat mengadakan ikatan hidrogen molekul air.
Formalin
secara alamiah sudah ada di alam. Dan formalin menjadi berbahaya tidak saja
ketika bercampur makanan, tetapi juga dalam udara dan masuk melalui pernapasan
maupun kulit. Formalin dapat bereaksi dengan hampir semua zat di dalam sel.
Bereakasi terhadap kulit, bereaksi terhadap lambung, bereaksi dengan cepat
terhadap selaput lendir saluran pernafasan dan pencernaan, serta cepat
teroksidasi menjadi asam formiat di dalam tubuh terutama pada hati dan sel
darah merah.
resiko
yang membahayakan bagi kesehatan manusia yang berhubungan dengan formaldehid,
adalah berdasarkan konsentrasi dari substansi formaldehid yang terdapat di udara
dan juga dalam produk-produk makanan.
Formalin
dapat masuk ke tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan pencernaan. Efek
toksik yang ditimbulkan tergantung pada kadar yang masuk ke dalam jaringan
tubuh manusia.
formalin
bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan mutagenik (menyebabkan perubahan
fungsi sel/jaringan).
DAFTAR
PUSTAKA
Ariliwandra.2011.Formaldehid.(online).http://ariliwandra.blogspot.com/2011/02/form alin.html. Diakses pada tanggal 28 April
2014.
Chaliq.2013.Formalin
atau Formaldehid.(online) http://chaliq- chemistry.blogspot.com/2012/03/formalin-atau-formaldehid.html.
Diakses pada tanggal 28 april 2014.
Sumantri, 2009. Pemeriksaan mi
basah dan mi kering yang dijual di kota Jambi.AAK. Jambi
Kevin.2013.Mengenal
formalin (online).http://kevinrudhy.blogspot.com/2013/01/formalin.html.
Diakses pada tanggal 28 April 2014.
Wicaksana
Widya.2009. Mengenal Formalin dan
Bahayanya . (online).http://supermilan.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 28 April 2014.
https://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/08/27/kegunaan-fomalin
Cahyadi,
Wisnu. (2006). “Analisis dan aspek kesehatan Bahan Tambahan Pangan”. PT.Bumi Aksara: Jakarta.
http://nurfaisyah.web.id/bahan-tambahan-makanan-pengawet-dan-analisisnya-secara- kualitatif-dan-kuantitatif.html
https://allkimia.wordpress.com/topik/mengenal-formalin/
https://mhanafi123.wordpress.com/2010/03/01/formalin-formaldehyde-formol-metil- aldehid/#comments
https://hutanhujan.wordpress.com/2012/01/05/proses-pembuatan-formalin/
Komentar
Posting Komentar